GORONTALO DIKEPUNG NARKOBA
Miliki tujuh jalur masuk pengguna capai
9.500 orang
GORONTALO
– peredaran narkoba di gorontalo makin menjadi jadi. Daerah dengan julukan
serambi medianah ini menjadi lading subur peredaran barang haram tersebut. Selang
tahun 2015 saja, badan narkotika nasional provinsi (BNNP) dan polda gorontalo
telah berhasil mengungkap sejumlah kasus narkoba. Bukan hanya masyarakat biasa,
mirisnya sejumlah pejabat dan public figur di daerah ini juga terlibat dengan
narkoba. Jumlah sebanyak itu menempatkan gorontalo sebagai daerah ke lima pengguna
narkoba terbesar di Indonesia salah satu penyebab mudahnya narkoba masuk ke
bumi serambi madina adalah lengahnya
pengawasan di sejumlah pintu masuk gorontalo, termasuk calon pengguna yang
mudah dipengaruhi agar ikut menikmati narkoba. Masing – masing dari jalur
Jakarta, Makassar (Sulsel) menggunakan jasa pengiriman maupun kurir melewati
bandara Djalaludin Gorontalo,dari manado (Sulut) ke Gorontalo menggunakan jasa
pengirima jasa pengiriman maupun kurir melewati bandara Djalaludin Gorontalo
serta melalui darat melewati perbatasan Atinggola, Kabupaten Gorut dan
perbatasan Kabupaten Bonsel, dari Sulteng melalui kurir menggunakan kapal ferry
serta melalui darat melewati jalur perbatasan Popayato kabupaten Pohuwato oleh
kurir langsung. Msuknya narkoba ke gorontalo tersebut sudah lama menjadi
incaran bagi pengedar. Kami sudah memasang informan didaerah asal pengiriman
agar lenih mudah mendeteksi para pelaku yang membawa narkotika. Bandar maupun
kurir narkoba untuk bisa menyelundupkan narkoba, diantaranya jasa pengiriman
kilat, kurir dan modus terbaru adalah dititipkan melalui rekan yang tidak masuk
dalam TO (Target Operasi). Jumlah ini belum termasuk pelaku pidana dalam hal
ini sebagai pengedar. Bahaya penyalahgunaan narkotika telah masuk dalam keadaan
darurat . di gorontalo sendiri ditahun lalu yakni 2013 hingga kini jumlah
korban penyalahgunaan narkoba mencapai 9.500 orang. Narkoba sudah merajalela,
jika ini di biarkan maka generasi di gorontalo akan semakin suram. Bukan hanya
sebatas sosialisasitentang efek negatif narkoba saja. Konsisten dengan selogan
berarati pemerintah harus memaksimalakan program yang berkaitan dengan
pendidikan agama dan adat. Program semacam ini sejatinya harus dimaximalkan
jika memang ditunjang lebih oleh pemerintah daerah, sayangnya parah toko adat
kurang dimanfaatkan dalam masalah ini. Bahkan anggaran yang dikucurkan untuk
keguatan adata terbatas pada hal-hal kegiatan rutinitas seremonial coba saja
pemerintah berfikir terbalik dari pada anggaran dioptimalkan untuk sosialisasi
efek negative narkoba, coba dialihkan saja ke sosialisai program agam dan adat
kalau ini tidak bida dilakukan , ditambah dengan adat dalam masyarakat
gorontalo yang luntur , otomatis narkoba akan semakin dahsyat meraja rela.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar