Minggu, 03 Mei 2015



GORONTALO DIKEPUNG NARKOBA
Miliki tujuh jalur masuk pengguna capai 9.500 orang

GORONTALO – peredaran narkoba di gorontalo makin menjadi jadi. Daerah dengan julukan serambi medianah ini menjadi lading subur peredaran barang haram tersebut. Selang tahun 2015 saja, badan narkotika nasional provinsi (BNNP) dan polda gorontalo telah berhasil mengungkap sejumlah kasus narkoba. Bukan hanya masyarakat biasa, mirisnya sejumlah pejabat dan public figur di daerah ini juga terlibat dengan narkoba. Jumlah sebanyak itu menempatkan gorontalo sebagai daerah ke lima pengguna narkoba terbesar di Indonesia salah satu penyebab mudahnya narkoba masuk ke bumi  serambi madina adalah lengahnya pengawasan di sejumlah pintu masuk gorontalo, termasuk calon pengguna yang mudah dipengaruhi agar ikut menikmati narkoba. Masing – masing dari jalur Jakarta, Makassar (Sulsel) menggunakan jasa pengiriman maupun kurir melewati bandara Djalaludin Gorontalo,dari manado (Sulut) ke Gorontalo menggunakan jasa pengirima jasa pengiriman maupun kurir melewati bandara Djalaludin Gorontalo serta melalui darat melewati perbatasan Atinggola, Kabupaten Gorut dan perbatasan Kabupaten Bonsel, dari Sulteng melalui kurir menggunakan kapal ferry serta melalui darat melewati jalur perbatasan Popayato kabupaten Pohuwato oleh kurir langsung. Msuknya narkoba ke gorontalo tersebut sudah lama menjadi incaran bagi pengedar. Kami sudah memasang informan didaerah asal pengiriman agar lenih mudah mendeteksi para pelaku yang membawa narkotika. Bandar maupun kurir narkoba untuk bisa menyelundupkan narkoba, diantaranya jasa pengiriman kilat, kurir dan modus terbaru adalah dititipkan melalui rekan yang tidak masuk dalam TO (Target Operasi). Jumlah ini belum termasuk pelaku pidana dalam hal ini sebagai pengedar. Bahaya penyalahgunaan narkotika telah masuk dalam keadaan darurat . di gorontalo sendiri ditahun lalu yakni 2013 hingga kini jumlah korban penyalahgunaan narkoba mencapai 9.500 orang. Narkoba sudah merajalela, jika ini di biarkan maka generasi di gorontalo akan semakin suram. Bukan hanya sebatas sosialisasitentang efek negatif narkoba saja. Konsisten dengan selogan berarati pemerintah harus memaksimalakan program yang berkaitan dengan pendidikan agama dan adat. Program semacam ini sejatinya harus dimaximalkan jika memang ditunjang lebih oleh pemerintah daerah, sayangnya parah toko adat kurang dimanfaatkan dalam masalah ini. Bahkan anggaran yang dikucurkan untuk keguatan adata terbatas pada hal-hal kegiatan rutinitas seremonial coba saja pemerintah berfikir terbalik dari pada anggaran dioptimalkan untuk sosialisasi efek negative narkoba, coba dialihkan saja ke sosialisai program agam dan adat kalau ini tidak bida dilakukan , ditambah dengan adat dalam masyarakat gorontalo yang luntur , otomatis narkoba akan semakin dahsyat meraja rela.                         



Tidak ada komentar:

Posting Komentar